Tuesday, February 17, 2009

KECENDERUNGAN PENDIDIKAN ABAD 21 DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA: SUATU TINJAUAN DARI SUDUT FILSAFAT PEND

ABSTRACT

Civil society is our goal in this era, started from reformation era. Our education nowadays emphasizes more about the value rather than the knowledge itself. Therefore, the students chase the value rather than knowledge. Thus, the unemployment increases because of unskilled graduates. Besides, Capitalism and Globalization have influenced our education system and method, including our educational policy. If we connect those explanations with post colonialism, this case is kind of modern imperialism.

Masyarakat madani? Kata-kata yang tidak asing didengar bagi banyak orang karena sudah terlanjur membooming, “Explode” di tengah masyarakat. Banyak masyarakat yang berbicara lantang di depan khalayak ramai, berpidato yang isinya selalu sama “Berkaitan dengan masyarakat madani”. Seolah tidak lengkap apabila tidak menyinggung masyarakat madani walaupun hanya secuil saja. Perlu diketahui masyarakat madani adalah wacana yang paling mutakhir yang kembali diproduksi atau dicetuskan Negara setelah tumbangnya rezim orde baru.

Masyarakat madani atau kita sebut civil society adalah tujuan dan harapan Negara kita setelah berakhirnya rezim orde baru. Sehingga ketika muncul era reformasi maka dimulailah perwujudan masyarakat madani. Secara etimologis ,masyarakat madani dan civil society memiliki makna yang sama, yaitu masyarakat yang beradab. Akan tetapi, secara historis dan filosofis antara masyarakat madani dan civil society tidaklah sama. Konsep civil society adalah produk sejarah dan masyarakat barat modern. Istilah tersebut muncul bersamaan dengan proses modernisasi. Secara harafiah civil society terjemahan dari istilah latin “Civilis societas”. Pertama kali dipakai Cicero (seorang orator dan pujangga roma). Pengertiannya mengacu pada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Sedangkan masyarakat madani berasal dari kata “Madaniyah” yang referensinya berasal dari masyarakat Madina, dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk itulah makna masyarakat madani dan civil society tidak ada bedanya. Yaitu impian sebuah masyarakat untuk menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki nilai-nilai kemandirian, keadilan, pluralitas, toleransi, kebebasan berekspresi, kesukarelaan, partisipasi, demokratis, HAM, pluralism dan lain lain yang ke semua nilai-nilai tersebut merupakan wujud ikatan peradaban.

Salah satu perwujudan masyarakat madani adalah melalui pendidikan. Bagaimanakah pendidikan kita saat ini? Apakah pendidikan kita telah memenuhi syarat untuk mewujudkan masyarakat madani?

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam pembangunan bangsa dan Negara. Pendidikan saat ini, pada dasarnya bertujuan untuk mengubah cara-cara pendidikan zaman orde baru yang bersifat feodalistik. Dari masa tumbangnya orde baru sampai saat ini sudah banyak yang dilakukan pemerintah pusat dalam memperbaiki pendidikan kita ini. Terutama membuat undang-undang dan kebijakan-kebijakan pendidikan. Akan tetapi, hasilnya malah tidak tampak dalam kasat mata kita. Apa yang dilakukan pemerintah saat ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mampu bersaing di era globalisasi. Terkadang program pemerintah yang mengacu pada tujuan tersebut melupakan potensi pengembangan sumber daya alam lokal. Sehingga banyak generasi lokal yang tidak tertarik mengembangkan potensi lokal daerahnya. Dari beberapa penjelasan mengenai apa yang dilakukan pemerintah,memberi tafsiran kepada kita apa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah keluar dari pendidikan yang feodalistik kemudian terjerumus pada pendidikan yang kapitalime dan globalisasi.

Pendidikan saat ini lebih mengutamakan pada angka dan nilai, tanpa diimbangi dengan kepribadian mereka sendiri. Para murid dari SD sampai perguruan tinggi berpatokan bahwa nilailah yang mereka tuju, bukan ilmu. Belajar yang hanya bertujuan untuk mendapatkan nilai, status, ijazah atau gelar sebenarnya mereduksi makna belajar itu sendiri. Orang beranggapan bahwa sekolah itu sekedar untuk mendapatkan nilai atau ijazah saja. Oleh sebab itu, tak jarang diantara mereka membayar guru atau menyuap guru agar anak mereka lulus dengan nilai memuaskan. Atau, pada jenjang perguruan tinggi, mereka menggunakan biro jasa pembuatan karya tulis, skripsi atau tesis karena bagi mereka yang diutamakan memang bukan pengetahuan dan pengalaman membuat karya tullis, skripsi, atau tesis melainkan nilai, ijazahdan gelar.

Selain itu, kualitas pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari Negara-negara lain. Tilaar(2006) menjelaskan dewasa ini dunia pendidikan kita mengalami 4 krisis pokok:

1. Kualitas pendidikan

Beberapa indicator yang penting adalah mutu guru yang masih rendah pada semua jenjang pendidikan, alat-alat bantu proses belajar mengajar seperti buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja belum memadai.

2. Relevansi pendidikan/efisiensi eksternal

Tidak relevannya antara pendidikan dan dunia kerja. Sehingga semakin besarnya pengangguran lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

3. Elitism

Kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang justru mampu.

4. Manajemen pendidikan

Kurang profesionalnya kegiatan-kegiatan perencanaan, pendanaan, pengelolaan, serta seluruh kegiatan manajemen sekolah baik dari tingkat daerah samapai pusat.

Kalau kita amati, kecenderungan siswa hanya mengejar nilai saja sehingga menciptakan lulusan yang tidak berilmu hanya mengandalkan nilai bagus saja. Oleh karena itu, makin lama makin banyak pengangguran karena tidak memenuhi syarat.

Realitas pendidikan saat ini lainnya adalah masuknya pengaruh kapitalisme dan globalisasi ke Negara kita langsung maupun tidak langsung. Perguruan tinggi yang makin lama makin tidak berpihak pada masyarakat bawah. Dan pendidikan yang tidak berpihak pada masyarakat bodoh. Hal itu diwakilkan pada setiap jenjang pendidikan yang mengharuskan adanya seleksi masuk ke sekolah di semua jenjang pendidikan dimulai PAUD dan TK sampai perguruan tinggi. Kalau sudah seperti itu kemanakah masyarakat yang kurang mampu dan bodoh akan bersekolah. Apakah tidak ada tempat bagi mereka.

Kurikulum dan mata pelajaran lebih menekankan pengetahuan dan keterampilan yang hanya berhubungan dengan globalisasi.oleh karena itu, dengan kenyataan pendidikan seperti ini berpengaruh pada kebijakan-kebijakan pendidikan.beberapa kebijakan pemerintah diantaranya:peningkatan standar nilai ujian kelulusan yang dimulai sejak tahun 2003. Dan setiap tahunnya standar nilai kelulusan meningkat. Kedua, BHMN yaitu menjadikan perguruan tinggi negeri sebagai badan hukum milik Negara. Artinya, subsidi pemerintah yang selama ini selalu disalurkan pada perguruan-perguruan tinggi negeri dicabut. Ketiga, baru-baru ini dicetuskan program SBI (sekolah berstandar internasional). Hal ini untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang jauh tertinggal dengan Negara lainnya.

Dari ketiga kebijakan tersebut secara implisit mengandung unsur kapitalisme dan globalisasi. Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan melalui konsep post kolonialisme karena kapitalisme dan globalisasi merupakan imperialisme modern.

Tonggak kelahiran post colonialism ditandai dengan penerbitan buku Edward said, orientalisme 1978. Kolonialisme semula diartikan sebagai pendudukan wilayah teritori tertentu untuk kepentingan bangsa atau kelompok penjajah.atau singkatnya penaklukan dan penguasaan atas tanah dan harta penduduk asli oleh pendatang. Namun dewasa ini, kolonialisme mengalami pergeseran makna. Kolonialisme modern ditandai 2 ciri. Pertama, lebih dari sekedar membayar upeti seperti kolonialisme romawi misalnya. Melainkan struktur ekonomi, budaya manusia dan alam fisik daerah koloni diubah dan dirombak untuk menyesuaikan dengan kepentingan dan kenyamanan pendatang. Kedua, daerah-daerah koloni menjadi pangsa pasar yang dipaksa mengosumsi produk pendatang atau Negara induk baik kolonialisme klasik maupun modern. Sedangkan post kolonialisme bersebrangan dengan kolonialisme itu sendiri. Post kolonialisme adalah semacam upaya rekonstruksi diri mengenai dirinya dan yang bukan dirinya. Post kolonialisme bertujuan untuk mengembalikan kedaulatan bangsa terjajah itu dalam upaya merumuskan identitas mereka dengan sepenuhnya bertolak dari kondisi riil setempat, dengan segala kemampuan serta penghayatan mereka atas sejarah mereka. Post kolonialisme dengan demikian mengibarkan panji-panji kebebasan, pluralisme dan dekonstruksi. Pada konteks saat ini post kolonialisme tidak lagi menunjuk pada Negara post colonial melainkan pada kondisi post colonial.

Dari penjelasan diatas, kapitalisme dan globalisasi benar-benar merupakan bentuk imperialisme modern. Kalau kita cermati bentuk imperialisme modern seperti apa dalam pendidikan kita saat ini.

1. Kapitalisme

Program BHMN pada perguruan tinggi negeri misalnya, sudah sangat jelas unsur kapitalisme didalamnya. Perguruan tinggi saat ini dalam pembiayaannya yang dilakukan mahasiswa tidak tanggung-tanggung minimal 10 juta. Jelas sekali keadaan yang seperti ini mengandalkan financial sehingga tidak berpihak pada masyarakat kecil. Sekolah berstandar internasional yang biaya masuknya selangit merupakan bentuk kapitalisme.

2. globalisasi

sekolah berstandar internasional yang menggunakan acuan Cambridge adalah bentuk globalisasi paling jelas. Semua sekolah SBI(sekolah berstandar internasional) diwajibkan berkurikulum Cambridge yang sangat menguntungkan pihak barat. Dan menjadikan kita bergantung pada mereka. Apakah kita tidak percaya diri untuk membuat acuan sendiri tanpa campur tangan pihak asing.

Kalau kita kaitkan pendidikan masyarakat madani, seperti apakah pendidikan masyarakat madani sebenarnya?apakah pendidikan yang bergantung pada pihak barat sebagai acuannya?dan juga harus ada campur tangan mereka?. Mu’ti (2003:67) menjelaskan “Pendidikan masyarakat madani adalah pendidikan yang membebaskan setidaknya memiliki 4 ciri pokok yaitu menempatkan subyek belajar sebagai unique individual, menumbuhkan daya kritis dengan memberikan kebebasan subyek untuk aktualisasi diri, tidak berorientasi pada knowledge accumulation namun fungsional bagi diri dan masyarakat. Diharapkan dengan pendidikan yang membebaskan akan menghasilkan agen perubahan sosial yang memberikan pencerahan pada masyarakat.

Menurut Mu’ti secara umum, pendidikan di Indonesia memiliki 3 persoalan: financial, administrative dan cultural. Menurut anda berhubungankah pendapat Mu’ti dan Tilaar secara garis besar dan dengan masalah pendidikan saat ini yang telah saya paparkan?

Permasalahan financial jelas sekali pembiayaan makin tinggi dan tidak berpihak pada yang tidak mampu. Administrative berupa permasalahan pada birokrasi, pengelolaan dan manajemen pendidikan. Yang terakhir permasalahan cultural berupa kultur pendidikan kita yang lebih menekankan nilai dan ijazah tidak pada ilmu dan kepribadian siswa.

Penjelasan Mu’ti tersebut berkaitan dengan pendidikan masyarakat madani yang bebas dari pendidikan zaman orde baru yang feodalistik. Sedangkan apabila kita kaitkan dengan pendidikan saat ini yang lebih banyak memiliki unsur kapitalisme dan globalisasi dan kita gabungkan juga dengan penjelasan Mu’ti mengenai 3 persoalan pendidikan di indonesia maka pendidikan yang bebas adalah pendidikan yang bebas dari unsur penjajahan secara halus atau imperialisme modern yang dapat menjauhkan diri kita sendiri sebagai warga Negara dengan identitas bangsa dan Negara. Pendidikan yang membebaskan rakyatnya dari semua golongan untuk memilih sekolah mana yang ingin mereka masuki tanpa adanya hambatan termasuk biaya dan seleksi yang lebih bersifat diskriminatif.

Merujuk pada Malik Fajar(1999) masyarakat madani yang ingin diwujudkan diindonesia memiliki beberapa cirri. Pertama, masyarakat yang religious, yaitu masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan bermoral luhur. Kedua, demokratis-pluralistik yang menghargai perbedaan pendapat, keanekaragaman suku, agama dan budaya. Ketiga, tertib dan sadar hokum dan menjunjung tinggi hokum sebagai aturan tertinggi (the supreme) yang mengikat kehidupan bermasyarakat. Keempat, mengakui dan menjunjung tinggi HAM, egaliatarianisme, dan tidak diskriminatif. Kelima, professional dan skillful; memiliki keunggulan intelektual, ketrampilan dan profesionalisme yang komparatif dan kompetitif dalam persaingan global bukan terpengaruh atau mengacu pada globalisasi yang menjadikan kita sebagai hamba globalisasi. Keenam, masyarakat yang terbuka dan memiliki tradisi belajar.

Agar tidak terjajah kedua kalinya perlu adanya perubahan sehingga dapat memperbaiki bahkan merubah kebijakan pendidikan pemerintah. Kenyataannya, suatu kebijakan muncul dikarenakan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, tugas kitalah merubah fenomena-fenomena pendidikan yang terjadi di masyarakat sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pendidikan yang akan datang, yaitu:

1. seperti yang diungkapkan mantan menteri pendidikan Fuad Hasan pendidikan adalah proses pendewasaan masyarakat. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perubahan di masyarakat. Yang juga dalam tujuannya menciptakan masyarakat yang percaya diri terhadap bangsanya dan mengidentifikasikan diri pribadi mereka sebagai bangsa Indonesia.

2. Perubahan kurikulum yang member kemampuan pada anak didik untuk mengelola sumber-sumber lokal dari daerah asal mereka termasuk mengolah hasil laut agar memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Sehingga tidak terjadi pengasingan subjek didik dari lingkungan alam sekitar, lingkungan sosial maupun lingkungan budayanya.

3. Peningkatan mutu pendidikan yang tidak mengacu kepada Cambridge atau pengelolaan pendidikan yang bersifat globalisasi. Akan tetapi peningkatan mutu melalui pendidikan desentralisasi berdasarkan sumber-sumber lokal. Sehingga kita memiliki ciri khas dan metode pendidikan sendiri. Dan untuk jangka panjangnya bukan globalisasi yang mempengaruhi metode pendidikan nasional kita tetapi kita yang mengglobalisasikan metode pendidikan kita. Kemudian, diterapkan ke berbagai Negara terutama Negara ketiga atau sedang berkembang, seperti asia tenggara.

4. Member kesempatan kepada masyarakat bawah untuk mengenyam pendidikan yang sama dengan lainnya tanpa adA pembiayaan. Menghapus nilai standar kelulusan. Dan lebih menekankan pada proses pembelajaran bukan nilai saja.

5. Meningkatkan kualitas siswa. Siswa tidak dibebankan dalam pencapaian target nilai atau target sekolah yang terkadang membuat mereka stress. Siswa dikembangkan sesuai bakat dan minatnya sehingga tercipta personal yang professional dalam bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tilaar, H.A.R. 2006. Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Subkhan, Imam(Ed). 2003. Siasat Gerakan Kota Jalan Untuk Masyarakat Baru. Yogyakarta:LABDA.

Darmaningtyas. 2005. Pendidikan Rusak Rusakan. Yog